Bahasa Indonesia Kebanggaan Kita
Selasa, 25 Januari 2022
Tugas Bahasa Indonesia Semester 2
Minggu, 24 Oktober 2021
MENCIPTAKAN KEMBALI ISI TEKS ANEKDOT DENGAN POLA PENYAJIAN YANG BERBEDA
Sebagai pemula, salah satu cara yang dapat digunakan untuk
latihan menulis teks anekdot adalah dengan menceritakan kembali teks anekdot
yang Anda dengar atau baca dengan menggunakan pola penyajian yang berbeda. Pola
penyajian teks anekdot ada yang berupa dialog dan ada juga dalam bentuk narasi.
Contoh
pola penyajian dalam bentuk dialog (percakapan dua orang atau lebih) dapat
dilihat pada anekdot berikut.
Dosen yang juga
Menjadi Pejabat
Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa
sedang berbincang-bincang.
Tono : “Saya heran
dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”
Udin : “Ah, begitu
saja diperhatikan sih Ton.”
Tono : “Ya, Udin
tahu sebabnya.”
Udin : “Barangkali
saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.”
Tono : “ Bukan itu
sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”
Udin : “Loh, apa
hubungannya?”
Tono : “Ya. Kalau
dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”
Udin : “ ???”
Salah satu ciri dialog adalah menggunakan kalimat langsung.
Kalimat langsung merupakan kalimat yang diucapkan secara langsung dari
pembicaraan seseorang. Dari kutipan anekdot tersebut, Anda dapat melihat bahwa
kalimat langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Diawali dan diakhiri dengan tanda petik ("
....").
Contoh :
"Loh, apa hubungannya?"
2. Huruf awal setelah tanda petik ditulis dengan huruf
kapital.
Contoh : "Ya,
Udin tahu sebabnya."
3. Antara pembicara dan apa yang dikatakannya dipisahkan
dengan tanda titik dua (:).
Contoh : Udin
: "???"
Nah, dari teks anekdot dalam bentuk dialog tersebut, kita dapat diubah pola penyajian ceritanya ke dalam bentuk narasi, seperti contoh berikut.
Dosen yang juga Menjadi Pejabat
Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang
mahasiswa sedang berbincang-bincang.
“Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu
duduk, tidak pernah mau berdiri,” kata Tono kepada Udin. Seulas senyum tercipta
di bibir Udin. Udin beranggapan, Tono menanyakan sesuatu yang tidak penting.
Bagi Udin, itu terasa sangat konyol.
“Ah,
begitu saja diperhatikan sih Ton.” Kata-kata itu terlontar begitu saja dari
mulut Udin. Dia seolah-olah tak peduli.
“Ya,
Udin tahu sebabnya.” Wajah Tono seketika berubah, dia terlihat sangat serius
dengan pertanyaannya.
Mendapati hal itu, Udin pun akhirnya menjawab dengan
hati-hati. “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri
Ton.”
“ Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”
Ungkap Tono.
“Loh, apa hubungannya?” Udin merasa aneh dengan jawaban
Tono yang seperti itu.
“Ya. Kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang
lain.” Jawab Tono yang langsung berdiri dan kemudian berlalu pergi meninggalkan
Udin yang masih terlihat kebingungan.
Catatan:
Ketika Anda mengubah pola penyajian asal ke dalam bentuk yang berbeda, jangan lupa tetap memerhatikan isi, struktur, dan kaidah kebahasaaan teks anekdot.
Beberapa kesalahan penulisan dialog dalam teks narasi serta saran perbaikannya.
1. Dialog ditulis seperti dialog dalam drama.
Perhatian contoh kesalahan berikut ini.
Ayah : “Kamu berangkat jam berapa?”
Nina : “Jam 2 siang ini, Pak.”
Pembenahan
“Kamu berangkat jam berapa?” tanya ayah
“Jam 2 siang ini, Pak,” jawab Nina.
2. Penulisan tanda petik (“...”)
Beberapa kesalahan yang sering dilakukan dalam penulisan tanda petik adala (a) Setelah tanda (“) pembuka diberi spasi. Contoh: “ Kamu datang jam berapa?” tanya ayah.
Seharusnya, setelah tanda petik awal (“) tidak ada spasi. Contoh: “ Kamu datang jam berapa?” tanya ayah.
Tanda koma (,), titik (.), tanda seru (!), dan tanda tanya (?) pada akhir kalimat dialog seharusnya diletakkan sebelum tanda petik (“) penutup, bukan sesudahnya.
Contoh:
“Mereka berencana datang hari ini”, kata ibu. (SALAH)
“Mereka berencana datang hari ini,”kata ibu. (BENAR)
“Kapan kamu pulang”? tanya adik. (SALAH)
“Kapan kamu pulang?”tanya adik. (BENAR)
“Jangan ke sana”! teriak ayah. (SALAH)
“Jangan ke sana!” teriak ayah. (BENAR)
Setelah tanda petik (“) akhir selalu diikuti huruf kapital. Hal ini adalah salah.
Setelah tanda petik penutup, tidak selalu diikuti dengan huruf kapital. Cara praktis yang bisa kita gunakan adalah bila setelah tanda petik penutup berupa kata kerja berupa kata dasar, maka kata tersebut diawali dengan huruf kecil. Contoh kata kerja berbentuk kata dasar yang mengikuti kalimat dialog yang huruf awalnya harus ditulis dengan huruf kecil adalah : tanya, balas, ungkap, teriak, jawab, urai.
Contoh:
“Mereka akan datang hari ini,” Kata ibu. (SALAH)
“Mereka akan datang hari ini,” kata ibu. (BENAR)
“Siapa yang akan mengantar?” Tanya ayah. (SALAH)
“Siapa yang akan mengantar?” tanya ayah. (BENAR)
Apabila setelah tanda petik penutup tidak berupa kata kerja, biasanya berupa kalimat, huruf awalnya harus ditulis dengan huruf kapital.
Contoh:
“Kapan mereka akan datang?” Ibu bertanya tanpa menoleh padaku
“Kadangkala ayahmu harus menginap di pulau selama seminggu. Semua dilakukan untuk memenuhi biaya pendidikan kalian.” Itulah sepenggal kisah perjuangan almarhum ayah yang sering diceritakan pada kami, anak-anaknya.
3. Dialog tokoh satu dengan tokoh lain ditulis dalam paragraf yang sama. Setiap dialog yang disampaikan oleh seorang tokoh adalah satu paragraf. Oleh karena itu, seharusnya setiap dialog baru harus dipisahkan dalam paragraf yang baru pula.
Contoh yang salah
“Kamu kapan datang?” tanya ibu. “Jam 2 tadi. Ibu masih tidur, jadi aku langsung ke rumah Om Fredi,” jawabku dengan sedikit sesal. “Pantesan saat bangun ibu tadi tidak melihatmu,” sahut ibu lagi. (SALAH)
Penulisan dialog antartokoh secara bersambung dalam sebuah paragraf itu membuat mata lelah dan mengurangi kenikmatan membaca. Bandingkan dengan penulisan yang benar berikut ini.
“Kamu kapan datang?” tanya ibu. “Jam 2 tadi. Ibu masih tidur, jadi aku langsung ke rumah Om Fredi,” jawabku dengan sedikit sesal.
“Pantesan saat bangun ibu tadi tidak melihatmu,” sahut ibu lagi. (BENAR)
Soal
Latihan
Ubahlah teks anekdot dalam bentuk dialog di bawah ini menjadi teks anekdot dalam bentuk narasi!
Ayahku Perokok
Di
suatu sore, Putri berbincang-bincang dengan ayahnya yang sedang merokok.
Putri : “Apa alasan Ayah merokok? Putri
lihat ayah setiap hari merokok. Bahkan bisa habis berbungkus-bungkus.”
Ayah : “Ayah itu sedang melakukan perbuatan
baik, Nak.”
Putri : “Perbuatan baik dari mana, Yah?
Sementara merokok itu bisa mengganggu kesehatan Ayah. Bahkan yang menghirup
asap rokoknya saja bisa mendapatkan akibat buruk dari rokok tersebut. Lalu di
mana perbuatan baiknya?”
Ayah : “Justru ayah ini sedang membantu orang banyak agar tetap sehat dan aman dari ancaman rokok.”
Putri
: “Bagaimana caranya, Yah?”
Ayah : “ Ayah bakar saja rokoknya satu persatu agar musnah. Tak mungkin bukan kalau ayah bakar satu pabrik rokok. Bisa-bisa ayah dipenjara nanti.”
Putri : “Ayah!”
Senin, 11 Oktober 2021
Analisislah Struktur dan Kebahasaan Teks Anekdot
ANALISIS STRUKTUR
DAN KEBAHASAAN TEKS ANEKDOT
Dosen yang Juga
Menjadi Pejabat
Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang :
Tono : "Saya heran dosen ilmu politik, kalau ngajar
selalu duduk, tidak pernah mau berdiri."
Udin : "Ah, gitu aja diperhatiin sih, Ton."
Tono : "Ya, Udin tahu nggak sebabnya?"
Udin : "Barangkali aja, cape, atau kakinya gak kuat
berdiri."
Tono : "Bukan itu sebabnya Din, sebab dia juga seorang
pejabat."
Udin : "Loh, apa hubungannya?!!"
Tono : "Ya kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki
orang lain."
Udin : "???"
ANALISIS STRUKTUR
Abstraksi :
Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.
Orientasi :
Tono : "Saya heran dosen ilmu
politik, kalau ngajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri."
Udin : "Ah, gitu aja
diperhatiin sih, Ton."
Tono : "Ya, Udin tahu nggak
sebabnya."
Udin : "Barangkali aja, cape, atau kakinya gak kuat berdiri."
Krisis : Tono : "Bukan itu sebabnya Din, sebab dia juga seorang pejabat."
Reaksi : Udin : "Loh, apa hubungannya?!!"
Koda : Tono : "Ya kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.
ANALISIS
KEBAHASAAN
a.
Kalimat yang menyatakan
peristiwa masa lalu :
Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang
mahasiswa sedang berbincang-bincang.
b.
Kalimat retoris : -
c.
Penggunaan konjungsi
yang menyatakan hubungan waktu : -
d.
Penggunaan kata kerja
aksi : berbincang-bincang, mengajar, berdiri
e.
Penggunaan kalimat
perintah : -
f. Penggunaan kalimat seru : Loh, apa hubungannya?!!
Senin, 27 September 2021
Penilaian Bahasa Indonesia Kelas X Semester 1
Minggu, 05 September 2021
Kaidah Kebahasaan Teks Eksposisi
Setiap teks memiliki unsur kebahasaan yang terkandung di dalamnya. Tahukah Anda unsur kebahasaan dari teks eksposisi? Berikut ini akan dijelaskan mengenai unsur kebahasaan dari teks eksposisi yaitu istilah, adjektiva atau kata sifat, pronomina atau kata ganti, dan konjungsi.
1. Istilah
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu, seperti pendidikan, kesehatan, hukum, ekonomi, sains, teknologi, seni dan sebagainya.
Jika topik teks eksposisi adalah kesehatan, maka istilah-istilah yang muncul dalam teks tersebut misalnya : virus, infeksi, diagnosis. Jika topik teks eksposisi adalah pendidikan, maka istilah-istilah yang muncul dalam teks tersebut misalnya : kurikulum, pendidik, peserta didik.
2. Adjektiva atau Kata Sifat
Adjektiva (kata sifat) adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan sesuatu, misalnya keadaan orang, binatang, benda. Contoh kata sifat diantaranya yaitu baik, tinggi, baru, dingin, rajin, murah, sempit, manis, dsb.
Adjektiva atau kata sifat memiliki ciri sebagai berikut.
- Memberikan sifat kepada benda.
- Menunjukan tingkat komparatif atau tingkat perbandingan (kurang atau lebih).
- Menunjukan tingkat superlatif atau tingkat paling.
- Dapat didahului kata amat, sangat, paling, terlalu, agak, dan lebih.
- Dapat diikuti kata sekali dan benar.
- Dapat diulang dan dilekati imbuhan se-nya
3. Pronomina atau Kata Ganti
Pronomina atau kata ganti adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada kata benda berfungsi untuk mengganti kata benda atau nomina. Jenis promina dijelaskan pada gambar berikut ini.
4. Konjungsi atau Kata Penghubung
Konjungsi atau kata penghubung adalah kata yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf.
Minggu, 22 Agustus 2021
Membedakan fakta dan Opini
- Fakta adalah kejadian atau keadaan yang benar-benar terjadi dan bukan mitos serta pernah dilihat oleh manusia itu sendiri atau telah dilakukan suatu pengujian dan pemastian di khalayak umum. Fakta dapat disebut juga sebagai hasil dari pengamatan secara objektif yang dapat diuji kebenarannya oleh siapapun.
- Ciri-ciri kalimat fakta
- Memiliki Data Akurat. Dalam kalimat fakta, kita bisa menemukan ada data yang jelas terhadap suatu peristiwa. Data tersebut dapat berupa bilangan statistik, tanggal dan waktu kejadian, maupun hal lain yang telah diuji kebenarannya.
Bersifat Objektif. Yang dimaksud objektif dalam kalimat fakta adalah pernyataan yang terdapat di dalamnya bersifat umum dan telah diakui kebenarannya oleh banyak pihak, khususnya oleh badan atau lembaga resmi.
Benar-benar terjadi. Sebuah kalimat dapat dianggap sebagai fakta jika pernyataan di dalamnya memaparkan situasi yang benar-benar terjadi. Benar-benar terjadi berarti kita bisa melihatnya dengan mata kepala sendiri ataupun mendengar laporan beritanya dari orang yang berwenang.
- Opini merupakan suatu ide, pikiran, atau pendapat yang biasanya bersifat tidak objektif serta belum disahkan kebenarannya. Seperti suatu prediksi dimana belum terdapat orang yang dapat memastikan bahwa hal tersebut benar benar ada atau terjadi.
Ciri-ciri kalimat opini
- Mengandung Pendapat Pribadi. Dalam kalimat opini, kita akan menemukan pendapat dari diri sendiri ataupun dari orang lain.
Bersifat subjektif. Pernyataan yang dipaparkan dalam kaimat cenderung subjektif. Artinya, hal-hal yang dikemukakan hanya menurut salah satu pihak sehingga tidak bisa dikatakan netral.
Memiliki Kata Bersifat Relatif. Pada kalimat opini, kita akan menemukan kata yang bersifat relatif. Yang dimaksud relatif di sini adalah kata atau frasa tersebut cenderung bisa berubah bergantung siapa yang mengucapkannya. Kata-kata yang termasuk relatif, di antaranya: paling, lebih, agak, ataupun biasanya.
- Contoh kalimat fakta : (1) Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia hingga tanggal 13 Mei 2013 mencatat ada 158.812 narapidana dan tahanan di Indonesia, yang 51.899 orang di antaranya terkait kasus narkoba. (2) Presiden Joko Widodo atau yang lebih akrab disapa Jokowi merupakan presiden ke 7 Indonesia.
- Contoh kalimat opini : (1) Sebagai generasi muda, sudah seharusnya kita menyiapkan diri menjadi generasi yang berkualitas. (2). Biasanya, pengguna narkoba adalah kalangan artis atau selebriti.
Mengidentifikasi Tesis, Argumen, dan Rekomendasi
- Teks eksposisi adalah teks yang memiliki fungsi menyampaikan gagasan-gagasan berupa pemikiran tentang suatu topik. Teks eksposisi ini bersifat Ilmiah atau dapat dikatakan nonfiksi.
- Bentuk teks ini biasa digunakan dalam kegiatan ceramah, perkuliahan, editorial, opini, diskusi, dan debat.
- Teks eksposisi berisi tesis, argumen, dan rekomendasi.
- Tesis adalah pendapat umum yang disampaikan penulis terhadap permasalahan yang diangkat dalam teks eksposisi.
- Argumen adalah unsur penjelas untuk mendukung tesis yang disampaikan. Argumen dapat berupa alasan logis, data hasil temuan, fakta-fakta, dan pernyataan para ahli.
- Rekomendasi adalah saran yang disampaikan oleh penulis terhadadap permasalahan yang diangkat.
- Contoh Teks Eksposisi
Narkoba Pada Kalangan Remaja
Narkoba,merupakan nama yang akrab di semua kalangan. Narkoba merupakan zat yang dapat mengakibatkan rasa kecanduan sehingga penggunanya akan terus berusaha mendapatkannya. Kini, narkoba sudah meracuni banyak warga Indonesia. Kebanyakan penggunanya merupakan kalangan remaja. Hal tersebut biasanya diakibatkan oleh kurangnya perhatian dari orangtua juga pergaulan yang kurang sehat.
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah NAPZA yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "NAPZA", mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Namun, kini persepsi itu disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya sehingga menyebabkan dampak yang buruk bagi pemakainya.
Orang yang kecanduan narkoba cenderung ingin terus mendapatkannya sehingga bisa saja si pecandu melakukan aksi kejahatan demi mendapatkan barang itu lagi. Ketika pecandu sedang dalam keadaan mabuk setelah memakai narkoba dan dalam keadaan tidak sadar, dia bisa melakukan aksi kejahatan seperti pemerkosaan dan pembunuhan.
Menurut data BNN , Kasus penyalahgunaan narkoba bertambah setiap tahunnya. Di Indonesia, angka pengguna narkoba rata-rata meningkat sebanyak 15% per tahunnya. Narkoba yang biasa digunakan oleh kalangan muda biasanya dikarenakan oleh beberapa hal. Pertama, kegagalan yang dialami dalam kehidupan. Kedua, pergaulan yang bebas dan lingkungan yang kurang tepat. Ketiga, kurangnya siraman agama. Keempat, keinginan untuk sekadar mencoba. Kelima, kurangnya perhatian dari orangtua.
Cara untuk mencegah penggunaan narkoba antara lain. Pertama,membangkitkan kesadaran beragama, menginformasikan hal-hal positif dan bermanfaat. Kedua, selektif dalam memilih teman. Ketiga, selektif dalam memilih makanan dan minuman. Keempat, menghindarkan diri dari lingkungan yang tidak tepat. Kelima, membentuk kelompok-kelompok kecil yang saling mengingatkan. Keenam, bila berhadapan dengan orang/teman yang mulai bersentuhan dengan narkoba, gunakan kasih sayang untuk menariknya ke jalan hidup yang lebih sehat. Ketujuh, mengetahui fakta-fakta tentang narkoba termasuk akibat-akibat yang di timbulkan oleh barang-barang haram tersebut.
- Identifikasi teks eksposisi di atas adalah sebagai berikut:
- Tesis : Narkoba berbahaya bagi generasi muda.
- Argumen : (1) Orang yang kecanduan narkoba cenderung ingin terus mendapatkannya sehingga bisa saja si pecandu melakukan aksi kejahatan demi mendapatkan barang itu lagi, (2) Ketika pecandu sedang dalam keadaan mabuk setelah memakai narkoba dan dalam keadaan tidak sadar, dia bisa melakukan aksi kejahatan seperti pemerkosaan dan pembunuhan, (3) Menurut data BNN , kasus penyalahgunaan narkoba bertambah setiap tahunnya, (4) Di Indonesia, angka pengguna narkoba rata-rata meningkat sebanyak 15% per tahunnya, (5) Narkoba yang biasa digunakan oleh kalangan muda biasanya dikarenakan oleh beberapa hal.
- Rekomendasi : Cara untuk mencegah penggunaan narkoba.