Minggu, 24 Oktober 2021

MENCIPTAKAN KEMBALI ISI TEKS ANEKDOT DENGAN POLA PENYAJIAN YANG BERBEDA



Sebagai pemula, salah satu cara yang dapat digunakan untuk latihan menulis teks anekdot adalah dengan menceritakan kembali teks anekdot yang Anda dengar atau baca dengan menggunakan pola penyajian yang berbeda. Pola penyajian teks anekdot ada yang berupa dialog dan ada juga dalam bentuk narasi.

Contoh pola penyajian dalam bentuk dialog (percakapan dua orang atau lebih) dapat dilihat pada anekdot berikut.

Dosen yang juga Menjadi Pejabat

Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.

Tono    : “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”

Udin     : “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”

Tono    : “Ya, Udin tahu sebabnya.”

Udin     : “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.”

Tono    : “ Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”

Udin     : “Loh, apa hubungannya?”

Tono    : “Ya. Kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”

Udin     : “ ???”

 

Salah satu ciri dialog adalah menggunakan kalimat langsung. Kalimat langsung merupakan kalimat yang diucapkan secara langsung dari pembicaraan seseorang. Dari kutipan anekdot tersebut, Anda dapat melihat bahwa kalimat langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Diawali dan diakhiri dengan tanda petik (" ....").

    Contoh : "Loh, apa hubungannya?"

2. Huruf awal setelah tanda petik ditulis dengan huruf kapital.

    Contoh : "Ya, Udin tahu sebabnya."

3. Antara pembicara dan apa yang dikatakannya dipisahkan dengan tanda titik dua (:).

    Contoh :    Udin  : "???"


Nah, dari teks anekdot dalam bentuk dialog tersebut, kita dapat diubah pola penyajian ceritanya ke dalam bentuk narasi, seperti contoh berikut.

 

Dosen yang juga Menjadi Pejabat

Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.

“Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri,” kata Tono kepada Udin. Seulas senyum tercipta di bibir Udin. Udin beranggapan, Tono menanyakan sesuatu yang tidak penting. Bagi Udin, itu terasa sangat konyol.

               “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.” Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Udin. Dia seolah-olah tak peduli.

               “Ya, Udin tahu sebabnya.” Wajah Tono seketika berubah, dia terlihat sangat serius dengan pertanyaannya.

Mendapati hal itu, Udin pun akhirnya menjawab dengan hati-hati. “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri Ton.” 

“ Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.” Ungkap Tono.

“Loh, apa hubungannya?” Udin merasa aneh dengan jawaban Tono yang seperti itu.

“Ya. Kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.” Jawab Tono yang langsung berdiri dan kemudian berlalu pergi meninggalkan Udin yang masih terlihat kebingungan.

 

Catatan:

Ketika Anda mengubah pola penyajian asal ke dalam bentuk yang berbeda, jangan lupa tetap memerhatikan isi, struktur, dan kaidah kebahasaaan teks anekdot.


Beberapa kesalahan penulisan dialog dalam teks narasi serta saran perbaikannya.


1. Dialog ditulis seperti dialog dalam drama. 

Perhatian contoh kesalahan berikut ini.

Ayah : “Kamu berangkat jam berapa?”

Nina : “Jam 2 siang ini, Pak.”

Pembenahan

“Kamu berangkat jam berapa?” tanya ayah

“Jam 2 siang ini, Pak,” jawab Nina.


2. Penulisan tanda petik (“...”)

Beberapa kesalahan yang sering dilakukan dalam penulisan tanda petik adala (a) Setelah tanda (“) pembuka diberi spasi. Contoh: “ Kamu datang jam berapa?” tanya ayah.

Seharusnya, setelah tanda petik awal (“) tidak ada spasi. Contoh: “ Kamu datang jam berapa?” tanya ayah.

Tanda koma (,), titik (.), tanda seru (!), dan tanda tanya (?) pada akhir kalimat dialog seharusnya diletakkan sebelum tanda petik (“) penutup, bukan sesudahnya.

Contoh:

“Mereka berencana datang hari ini”, kata ibu. (SALAH)

“Mereka berencana datang hari ini,”kata ibu. (BENAR)

“Kapan kamu pulang”? tanya adik. (SALAH)

“Kapan kamu pulang?”tanya adik. (BENAR)

“Jangan ke sana”! teriak ayah. (SALAH)

“Jangan ke sana!” teriak ayah. (BENAR)


Setelah tanda petik (“) akhir selalu diikuti huruf kapital. Hal ini adalah salah.

Setelah tanda petik penutup, tidak selalu diikuti dengan huruf kapital. Cara praktis yang bisa kita gunakan adalah bila setelah tanda petik penutup berupa kata kerja berupa kata dasar, maka kata tersebut diawali dengan huruf kecil. Contoh kata kerja berbentuk kata dasar yang mengikuti kalimat dialog yang huruf awalnya harus ditulis dengan huruf kecil adalah : tanya, balas, ungkap, teriak, jawab, urai.


Contoh:

“Mereka akan datang hari ini,” Kata ibu. (SALAH)

“Mereka akan datang hari ini,” kata ibu. (BENAR)

“Siapa yang akan mengantar?” Tanya ayah. (SALAH)

“Siapa yang akan mengantar?” tanya ayah. (BENAR)


Apabila setelah tanda petik penutup tidak berupa kata kerja, biasanya berupa kalimat, huruf awalnya harus ditulis dengan huruf kapital.

Contoh:

“Kapan mereka akan datang?” Ibu bertanya tanpa menoleh padaku

“Kadangkala ayahmu harus menginap di pulau selama seminggu. Semua dilakukan untuk memenuhi biaya pendidikan kalian.” Itulah sepenggal kisah perjuangan almarhum ayah yang sering diceritakan pada kami, anak-anaknya.


3. Dialog tokoh satu dengan tokoh lain ditulis dalam paragraf yang sama. Setiap dialog yang disampaikan oleh seorang tokoh adalah satu paragraf. Oleh karena itu, seharusnya setiap dialog baru harus dipisahkan dalam paragraf yang baru pula.

Contoh yang salah

“Kamu kapan datang?” tanya ibu. “Jam 2 tadi. Ibu masih tidur, jadi aku langsung ke rumah Om Fredi,” jawabku dengan sedikit sesal. “Pantesan saat bangun ibu tadi tidak melihatmu,” sahut ibu lagi. (SALAH)

Penulisan dialog antartokoh secara bersambung dalam sebuah paragraf itu membuat mata lelah dan mengurangi kenikmatan membaca. Bandingkan dengan penulisan yang benar berikut ini.

“Kamu kapan datang?” tanya ibu. “Jam 2 tadi. Ibu masih tidur, jadi aku langsung ke rumah Om Fredi,” jawabku dengan sedikit sesal.

“Pantesan saat bangun ibu tadi tidak melihatmu,” sahut ibu lagi. (BENAR)

 

Soal Latihan

Ubahlah teks anekdot dalam bentuk dialog di bawah ini menjadi teks anekdot dalam bentuk narasi!

Ayahku Perokok

Di suatu sore, Putri berbincang-bincang dengan ayahnya yang sedang merokok.

Putri : “Apa alasan Ayah merokok? Putri lihat ayah setiap hari merokok. Bahkan bisa habis berbungkus-bungkus.”

Ayah : “Ayah itu sedang melakukan perbuatan baik, Nak.”

Putri : “Perbuatan baik dari mana, Yah? Sementara merokok itu bisa mengganggu kesehatan Ayah. Bahkan yang menghirup asap rokoknya saja bisa mendapatkan akibat buruk dari rokok tersebut. Lalu di mana perbuatan baiknya?”

Ayah : “Justru ayah ini sedang membantu orang banyak agar tetap sehat dan aman dari ancaman rokok.”

Putri : “Bagaimana caranya, Yah?”

Ayah : “ Ayah bakar saja rokoknya satu persatu agar musnah. Tak mungkin bukan kalau ayah bakar satu pabrik rokok. Bisa-bisa ayah dipenjara nanti.”

Putri : “Ayah!”

Senin, 11 Oktober 2021

Analisislah Struktur dan Kebahasaan Teks Anekdot

 

ANALISIS STRUKTUR DAN KEBAHASAAN TEKS ANEKDOT

 

 

Dosen yang Juga Menjadi Pejabat

 

Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang :

Tono : "Saya heran dosen ilmu politik, kalau ngajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri."

Udin : "Ah, gitu aja diperhatiin sih, Ton."

Tono : "Ya, Udin tahu nggak sebabnya?"

Udin : "Barangkali aja, cape, atau kakinya gak kuat berdiri."

Tono : "Bukan itu sebabnya Din, sebab dia juga seorang pejabat."

Udin : "Loh, apa hubungannya?!!"

Tono : "Ya kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain."

Udin : "???"

  

ANALISIS STRUKTUR

Abstraksi

Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.

Orientasi

Tono : "Saya heran dosen ilmu politik, kalau ngajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri."

Udin : "Ah, gitu aja diperhatiin sih, Ton."

Tono : "Ya, Udin tahu nggak sebabnya."

Udin : "Barangkali aja, cape, atau kakinya gak kuat berdiri."

Krisis : Tono : "Bukan itu sebabnya Din, sebab dia juga seorang pejabat."

Reaksi : Udin :  "Loh, apa hubungannya?!!"

Koda : Tono : "Ya kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.

 

ANALISIS KEBAHASAAN

 

a.      Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu :

Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.

b.      Kalimat retoris : -

c.      Penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan waktu : -

d.      Penggunaan kata kerja aksi : berbincang-bincang, mengajar, berdiri

e.      Penggunaan kalimat perintah : -

f.       Penggunaan kalimat seru : Loh, apa hubungannya?!!